SANGHYANG SAMPAT, GENDING PANULAK HAMA PADI RING BR. ADAT PULUK-PULUK, DESA TENGKUDAK TABANAN-BALI : SESELEH WANGUN LAN TETUEK
Keywords:
Pertanian, Tradisi, Sanghyang, Sekar RareAbstract
Dresta Sanghyang Sampat merupakan tradisi yang dilaksanakan pada saat upacara adat Ngusaba di Br. Adat Puluk-puluk, Penebel Tabanan-Bali yang masih dilaksanakan hingga saat ini. Tradisi ini bermula ketika wabah penyakit yang menyerang area pertanian warga yang diakibatkan oleh wafatnya Patih Gusti Kesunaran yang merupakan penjaga di Pura Batukaru ketika bertempur melawan Laskar Panji Sakti, hal inilah yang melatarbelakangi dibuatkan Sanghyang Sampat di Puluk-puluk sebagai media atau ritual menghalau hama penyakit yang menyerang persawahan. Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data yakni melalui wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bait pertama yang merupakan bait Nauhin/pemanggil Sanghyang Sampat yang bermakna permohonan agar Sanghyang berkenan turun ke bumi. Bait isi yang menceritakan sanghyang sampat Mesolah/menari diringi nyanyian sanghyang. Dan bait terakhir yang merupakan bait Penyineb/penutup, mengisyaratkan agar Sanghyang Sampat untuk kembali ke Sunia Loka karena tugasnya sudah selesai mengelilingi area persawahan warga untuk membersihkan hama penyakit.